‘Doktor’ Nur Ikhwan Abadi menyampaikan kuliah ilmiah di hadapan mahasasiswa S2 dan S3 Management & Politics Academy for Postgraduated Studies, di Kota Gaza, Sabtu (21/3). (Foto: Mirajnews)

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Jalur Gaza – Sungguh tidak disangka, jika seorang relawan Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, mendadak mendapat gelar “doktor” dalam sehari. Tapi, itulah yang terjadi dan diterima oleh Nur Ikhwan Abadi, relawan kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Resque Committee) asal Indonesia yang sedang membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza.

Peristiwa bersejarah itu terjadi Sabtu kemarin (21/3), saat Nur Ikhwan, didaulat memberikan ceramah ilmiah bertajuk “Indonesian role to strengthening the international position of Palestinian issues” (Peran Indonesia untuk memperkuat isu Palestina dalam posisi internasional), di hadapan mahasiswa S2 dan S3 Management & Politics Academy for Postgraduated Studies, di Kota Gaza.

Anak-anak kecil yang tinggal di Jalur Gaza kondisinya memprihatinkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Rafah yang berada di sisi selatan Jalur Gaza dikabarkan kesulitan mendapatkan akses rumah sakit akibat blokade baik itu dari Israel maupun Mesir.

Terkait hal itu, salah satu presidium organisasi kemanusiaan Medical Emergency Rescue Commitee (Mer-C), Joserizal Jurnalis, mengaku proyek pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza sudah selesai namun masih menghadapi permasalahan.

''Rumah Sakit Indonesia sudah selesai, begitu juga Wisma Indonesia dan masjid yang berada di belakangnya juga sudah kita rehab. Masalahnya kami perlu membeli barang, namun terbentur permasalahan dari blokade pintu-pintu ini,'' ujar Joserizal kepada Republika.co.id, Rabu (18/3).

Blokade Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu Presidium organisasi kemanusiaan Medical Emergency Rescue Commitee (MER-C) Joserizal Jurnalis menilai blokade untuk Jalur Gaza menjadi masalah terpenting untuk meningkatkan kesejahteraan warga Palestina di wilayah tersebut.

"Blokade israel ini menjadi masalah. Laut di depan Gaza itu kan laut bebas, seandainya tidak di blokade mereka (warga Jalur Gaza) bisa bebas berdagang dan tidak bergantung pada orang lain," ujar Joserizal kepada ROL, Rabu (18/3).

Dubes Indonesia untuk Myanmar, Dr Ito Sumardi memberi sambutan saat menerima bantuan dari MER-C untuk pengungsi di Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON, MYANMAR -- Tim Medical Emergency Recue Committee (MER-C) telah menuntaskan misi kemanusiaan kedua mereka di Myanmar, tepatnya di Sittwe, Rakhine State, tempat konflik komunal antara Muslim Rohingya dan Buddha Rakhine pecah pada 2012 silam. Misi berlangsung selama 11 hari bulan Februari lalu.

Dengan nota diplomatik dan fasilitasi penuh dari KBRI Yangon, tim berhasil masuk ke tujuh kamp Muslim dan Budha dari sekitar 15 kamp yang ada di Sittwe.

Di sana tim melakukan berbagai misi kemanusiaan, diantaranya menyalurkan bantuan obat-obatan dan paket alat kesehatan yang diterima langsung Dinas Kesehatan Sittwe serta makanan bagi para pengungsi di dalam kamp.

Dubes Indonesia untuk Myanmar, Dr Ito Sumardi memberi sambutan saat menerima bantuan dari MER-C untuk pengungsi di Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON, MYANMAR -- Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Ito Sumardi mengapresiasi berbagai kegiatan yang dilakukan relawan Medical Emergency Rescue and Committee (MER-C) di Myanmar, khususnya bagi para pengungsi di Sittwe, Rakhine. Menurutnya apa yang dilakukan MER-C membantu mempercepat proses rekonsilisasi antara dua kelompok.

"Saya melihat betul MER-C adalah organisasi yang berlandaskan kemanusiaan," ujar Ito Sumardi saat menerima bantuan tambahan dari MER-C, di KBRI Yangon, Myanmar.

dr Tonggo Meaty Fransisca (dua dari kanan) menyerahkan secara simbolis bantuan berupa seprai, satung bantal, selimut dan juga satu unit ambulans yang diterima langsung oleh Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Dr Ito Sumardi. Bantuan nantinya akan didistrib

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON, MYANMAR --  Meski mendadak tidak mendapat izin melakukan pelayanan medis secara langsung, relawan Mer-C Indonesia yang menjalankan misi kemanusiaan di provinsi Rakhine, Myanmar bulan Februari lalu berhasil masuk ke lebih dari tiga kamp.

Penyerahan simbolis bantuan obat-obatan dari tim kemanusiaan MER-C Indonesia untuk pengungsi di Rakhine, Myanmar, yang diterima oleh Dr. Aung Thurein selaku Deputy State Health Director of Sittwe

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE, MYANMAR -- Organisasi kemasyarakatan sosial Medical Emergency Committee (MER-C) Indonesia kembali mengirim relawan ke provinsi Rakhine, Myanmar. Dalam misi yang berlangsung selama 11 hari pada bulan Februari kemarin, tim Mer-C melakukan sejumlah kegiatan. Mulai dari pemberian obat-obatan serta paket alat kesehatan.

Selain menyalurkan bantuan kepada korban konflik dan pengungsi di Rakhine State, Tim ke-2 MER-C untuk Myanmar juga mengunjungi nelayan Indonesia yang saat ini ditahan di Yangon. Nelayan Indonesia yang berjumlah 55 orang ditahan otoritas Myanmar karena melanggar batas wilayah perairan Myanmar. Sudah satu tahun lebih para nelayan ini ditahan dan KBRI di Yangon tengah mengupayakan pembebasan mereka.

Setelah menunggu proses pengurusan ijin di pihak-pihak terkait selama + 3 bulan, akhirnya pada tanggal 16 Februari 2015 MER-C dapat mengirimkan Misi Kemanusiaan ke-2 ke Myanmar. Misi kemanusiaan ke-2 ini berselang lebih dari 2 tahun dari misi pertama sebelumnya pada September 2012. Tujuan dari Tim ini adalah melaksanakan penilaian ulang kondisi terkini pasca konflik di Rakhine State dan menindaklanjuti rencana pembangunan “Indonesia Health Center”.

dr. Tonggo Meaty Fransisca (dua dari kiri) selaku ketua tim kemanusiaan kedua MER-C untuk Myanmar tengah berbincang dengan Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Dr Ito Sumardi di kantor KBRI di Yangon, Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Organisasi kemasyarakatan sosial Medical Rescue Emergency Commitee (MER-C) Indonesia kembali mengirim tim kemanusiaan ke provinsi, Rakhine, Myanmar. Ini adalah kali kedua MER-C Indonesia mengirim tim ke Myanmar, setelah pada 2012 lalu MER-C memberangkatkan tim untuk melakukan assesment dan penyaluran bantuan medis tahap awal. 

Gaza - Donasi amanah kemanusiaan Palestina terus disalurkan oleh para relawan Indonesia di Gaza. Kali ini dalam bentuk bantuan perbaikan masjid. Ada dua masjid di Gaza Utara yang telah selesai diperbaiki oleh relawan Indonesia di Gaza, yaitu Masjid Abdurrozaq Galebo dan Masjid Syeikh ‘Aid Zawiyat. Kedua masjid ini adalah dua masjid yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza Utara yang keduanya mengalami kerusakan akibat perang 51 hari lalu.

Alhamdulillah pelaksanaan bantuan pembuatan jendela Masjid Galebo yang hancur pasca perang lalu sudah dapat diselesaikan,” ungkap Ir. Edy Wahyudi, salah satu relawan Indonesia di Gaza, dalam laporan tertulisnya kepada MER-C Pusat Jakarta.

Dukung Sosial Media Kami

Langganan Info & Berita MER-C