Jum’at, 4 November 2016 telah berlangsung aksi damai rakyat terbesar sepanjang sejarah NKRI. MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) sebagai sebuah lembaga kegawatdaruratan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam menurunkan sekitar 70 relawan untuk mengawal aksi ini disertai dua ambulans dan dua kendaraan operasional.

 

 

Sesuai pembagian wilayah kerja dari Panitia Pusat Bidang Medis GNPF-MUI (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa – Majelis Ulama Indonesia), titik lokasi Tim MER-C berada di depan gedung Indosat. Untuk aksi kali ini Tim MER-C dibagi menjadi 4 kelompok besar, ada yang bertugas standby di posko tetap dan ada yang bertugas mobile menyebar menjadi tim-tim kecil lagi untuk memantau kondisi para peserta aksi yang membutuhkan pertolongan medis.

 

 

 

Melengkapi kerja relawan, MER-C juga menyiapkan 10 set emergency kit dan beberapa perlengkapan emergency pendukung lainnya seperti tandu lipat, oksigen dan lain-lain untuk persiapan penanganan medis di lapangan sebelum korban dirujuk ke Rumah Sakit.

 

 

 

dr. Zackya Yahya Setiawan, SpOk selaku Koordinator Lapangan Tim Medis MER-C untuk Aksi Damai 4/11 mengatakan bahwa Tim memutuskan standby hingga malam hari dikarenakan masih ada konsentrasi massa di sekitar Istana. Keputusan ini tepat karena menjelang jam 7 malam mulai terjadi kericuhan dan penembakan gas air mata yang mengakibatkan sejumlah peserta aksi menjadi korban.

 

 

 

Dengan peralatan yang ada, Tim MER-C segera memberikan pertolongan medis kepada para korban yang saat itu dievakuasi ke area gedung RRI (Radio Republik Indonesia). Hari yang sudah mulai gelap membuat Tim MER-C harus bekerja dengan penerangan seadanya. Usai menangani pasien di lokasi aksi ini, Tim MER-C melanjutkan pengawalan peserta aksi yang bergerak ke gedung DPR/MPR RI.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dukung Sosial Media Kami

Langganan Info & Berita MER-C