Cerita Haru Relawan MER-C Bantu Persalinan di Jalur Gaza
- Hits: 422
Salah satu relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang merupakan seorang bidan dan ikut menjadi bagian dari tim medis yang berhasil memasuki Gaza beberapa waktu lalu membagikan ceritanya saat membantu persalinan di wilayah yang sedang berada di bawah blokade itu.
Sebelas relawan MER-C yang telah berhasil memasuki Gaza sejak Senin (18/3/2024) lalu langsung ditempatkan dan bertugas di sejumlah rumah sakit untuk membantu warga Gaza.
Relawan MER-C dibagi menjadi tiga tim yang disebar di tiga fasilitas Kesehatan di Gaza bagian Selatan yang masih beroperasi. Pembagian tim berdasarkan hasil kordinasi dengan Kementrian Kesehatan Palestina.
Relawan MER-C yang merupakan seorang bidan masuk ke Tim 2, yang ditempatkan di RS Bersalin Al-Helal Al-Emirati di Rafah yang memang didedikasikan untuk perawatan pasien-pasien melahirkan. Jumlah operasi Sectio Caesaria di RS ini mencapai 15 operasi perhari. Sementara jumlah persalinan yang ditangani di RS ini mencapai 7000 kasus perbulannya.
Mendapat kesempatan menjadi tim medis yang bisa masuk ke Jalur Gaza dan membantu tim medis di sana meski serangan masih terus berlangsung, ia justru merasa beruntung. Ia juga punya cerita tersendiri saat menangani persalinan bayi-bayi di Gaza.
Ia menceritakan, satu waktu ia sedang dinas di delivery room, untuk menolong persalinan. Selama proses persalinan, ia berbicara dengan dokter di sana. Dokter itu mengungkapkan, pertolongan spartan selama perang membuat semua staf medis lelah.
Tentu saja, sejak agresi berlangsung pada 7 Oktober, tim medis di Jalur Gaza harus bekerja selama 24 jam karena jumlah pasien yang cukup banyak. Mereka juga harus berjuang di tengah keterbatasan obat-obatan dan peralatan medis akibat blokade Israel. Untuk itu, mereka sangat membutuhkan bantuan tim medis.
“Saya bilang, saya merasa sangat bersyukur bisa menolong persalinan di sini, karena saya merasa menjadi orang yang beruntung membantu lahirnya para pejuang Gaza. Mendengar jawaban saya, dokter itu terdiam,” ujarnya.
“Lalu saya bilang, apalagi kamu yang sudah membantu melahirkan ratusan pejuang.” Kemudian ia hanya menjawab berkali-kali dengan “Alhamdulillah! Alhamdulillah!”
Setiap anak yang lahir di Jalur Gaza tentu saja calon pejuang. Lahir di tengah agresi ini mereka sudah harus berjuang sejak di dalam kandungan. Situasi mengerikan, kekurangan kebutuhan dasar seperti air, makanan dan listrik. Setelah lahir mereka masih harus berjuang tinggal di pengungsian.
“Tidak terasa, air mata saya mengalir di tengah percakapan kami saat menolong persalinan calon pejuang Gaza ini,” tuturnya.
Ia lebih lanjut mengatakan bahkan sudah empat kali menolong persalinan sendirian karena banyaknya jumlah persalinan yang harus ditangani dan terbatasnya ketersediaan meja persalinan. Hal ini juga mengharuskan ibu-bu yang baru melahirkan dipulangkan kebih awal. Apabila melahirkan secara normal tiga jam sudah pulang, sedangkan jika dioperasi, sembilan jam sudah harus pulang.
“Cukup sedih, kita melihat ibu-ibu yang baru melahirkan pulang ke pengungsian dengan tertunduk memegangi perutnya bersama keluarganya yang menggendong bayi. Tapi ini realita yang terjadi di Gaza dan mereka sudah terlatih. Saya juga akhirnya mengerti,” ujarnya.
Selama beberapa hari bertugas di Gaza, ia mengungkapkan setiap malam Tim mendengar suara drone hingga menjelang subuh. Tak jarang mereka juga mendengar suara dentuman dan tembakan. Padahal, ledakan dan tembakan itu terjadi di Khan Younis, cukup jauh dari tempat Tim berada.
Para relawan dokter dan nakes dari berbagai negara mulai masuk ke Gaza untuk membantu. EMT MER-C merupakan tim Indonesia pertama yang memberikan pertolongan medis sejak agresi 7 Oktober terjadi. Tim membantu melakukan operasi pasien trauma, layanan maternal dan layanan umum. Tim akan bekerja selama dua pekan hingga maksimal satu bulan.
Pengiriman bantuan tim medis ini membutuhkan keberlanjutan program. Oleh karena itu, besar harapan Kementrian Kesehatan Gaza, Indonesia bisa mengirimkan bantuan tim medis secara berkelanjutan dengan kebutuhan dokter-doketer spesialis ortopedi traumatologi, obgyn, bedah saraf, bedah plastik, spesialis anestesi, spesialis anak, spesialis penyakit dalam dan dokter umum serta layanan bidan dan perawat.
Apa saja yang kita punya amat sangat dibutuhkan oleh warga Palestina di Gaza saat ini. Bantuan medis dari Indonesia bagaikan oase persaudaraan Indonesia-Palestina