Teknologi Ultra Filtrasi akan digunakan untuk suplai kebutuhan air RS Indonesia di Myanmar
- Dilihat: 5262
Yangon - Tim Teknis RS Indonesia memutuskan akan menggunakan teknologi ultra filtrasi untuk mensuplai kebutuhan air bagi Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State, Myanmar. Hal ini dijelaskan oleh salah satu anggota tim ahli MER-C, Agus Subiyakto Saleh saat melalukan kunjungan ke lokasi pembangunan RS Indonesia di Mrauk U, Rakhine State, Myanmar, Rabu (9/8).
“Setelah melakukan pengecekan di lapangan, air yang ada PH nya 7,1 dan TDS nya rendah hanya 2 yang berarti mineralnya rendah, maka kita akan menggunakan sistem ultra filtrasi, ini akan langsung jernih airnya” terang ahli pengolahan air asal ITB tersebut.
Pria yang lahir 58 tahun lalu itu menjelaskan bahwa teknologi ultra filtrasi ini merupakan sebuah teknologi penyaringan air dengan menggunakan membran tertentu dan dapat menyaring setiap partikel yang ada di dalam air hingga ukuran 0,01 mikron.
“Jadi ultra filtrasi itu adalah teknologi dengan menggunakan membran dengan ukuran rembesannya 0,01 mikron. Nah dengan adanya air yang masuk melalui membran tersebut, semua kotoran akan tertahan, sehingga air itu sudah bebas dari kemungkinan bakteri dan lain-lain” jelasnya. Ia juga menyatakan selain perawatan yang mudah, teknologi ini pun mampu menahan virus hingga ukuran 0,5 mikron. “Sampai dengan virus akan tertahan di membran itu, karena virus ukuran nya 0,5 mikron. Tekonologi ini mudah dioperasikan dengan menggunakan pompa karena tekanannya cukup rendah. Hanya membutuhkan tekanan 0,5 – 1 bar. Membersihkannya cukup mudah, dengan bayclin sudah bisa membersihkan membran” lanjutnya.
Agus juga menambahkan bahwa dengan kapasitas penampungan air yang mencapai 120 ribu meter kubik, bisa melayani 1000 orang selama empat bulan kedepan.
“Kapasitas penampungan air ini 120 meter kubik, bisa melayani 1.000 orang, dan jika dihitung kebutuhan air perorang 100 liter perhari, maka kapasitas air ini bisa digunakan hingga 120 hari kedepan atau 4 bulan,” terangnya.
Lebih lanjut Agus menyatakan bahwa air hujan yang ditampung di kolam penampungan tersebut kualitasnya sangat baik, karena tidak ada polusi udara disekitarnya.
“Saya langsung minum air tadi, karena saya yakin air tersebut tidak berbahaya, dan airnya bisa dikonsumsi langsung. Rasanya seperti rasa air yang punya TDS rendah. Ini karena air nya tidak tercemar oleh polusi” ungkapnya. Saat disinggung soal biaya Agus menyatakan bahwa biaya yang digunakan bisa terjangkau dan tidak terlalu tinggi.
“Untuk kapasitas 3-4 meter kubik per jam jika di Jakarta seharga 15 jutaan. Berarti selama satu jam air ini bisa melayani 300 orang, sehingga untuk kapasitas 1.000 orang, bisa beroperasi hanya 3-4 jam perhari” katanya.
Sebelumnya, Senin (7/8), MER-C memberangkatkan empat relawan teknis ke Myanmar dengan salah satu agenda adalah melakukan studi lanjutan untuk mengatasi permasalahan air bersih selain melakukan supervisi pekerjaan pembangunan tahap satu RS Indonesia yang sudah selesai.
Tim dijadwalkan akan bertugas selama 5 hari hingga Jum'at (11/8) mendatang. Pembangunan RS Indonesia di wilayah konflik Rakhine State, Myanmar adalah sebuah langkah diplomasi kemanusiaan di dunia internasional kerjasama MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) dan PMI (Palang Merah Indonesia), didukung oleh pemerintah Republik Indonesia.
Keberadaan RS Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu perekat persatuan antara etnis di Myanmar sehingga bisa meredam konflik berkepanjangan yang terjadi untuk mendorong terciptanya perdamaian di Myanmar.
Dukungan dan donasi bagi program pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State, Myanmar dapat disalurkan melalui :
Mandiri 124.000.8111.982
BSM 700.1306.833
BCA 686.028.0009
Semua atas nama Medical Emergency Rescue Committee
Info:
0811990176