Atasi Krisis Bahan Bakar, MER-C Pasang Panel Surya di RS Indonesia

Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mulai melakukan pemasangan panel surya di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, untuk mengurangi dampak krisis bahan bakar dan listrik yang masih terus berlangsung akibat agresi dan blokade Israel.

Pada 8 September, sebanyak 30 lembar panel surya tahap pertama dengan kapasitas 20 kV yang memback up 16 persen dari kebutuhan telah terpasang. Rencananya, pemasangan panel surya ini akan dilakukan dalam tiga tahap. 

Pemasangan panel surya ini dipantau langsung oleh relawan MER-C di Jalur Gaza. Mereka juga bertemu dengan Direktur RS Indonesia dan berdiskusi terkait pentingnya pemasangan panel surya ini.

“Panel surya yang telah dipasang oleh MER-C mencakup 30 lembar panel surya, dengan kapasitas 20 kV yang memback up 16 persen dari kebutuhan. Sebelumnya, sudah ada panel surya yang terpasang sejak sebelum perang, yang tersisa 30 persen dari total kebutuhan 130 kV. Artinya saat ini RS Indonesia masih memerlukan 46 persen lagi dari kebutuhan,” kata Relawan MER-C di Jalur Gaza, Edy Wahyudi, Kamis (12/9).

Saat ini, 30 panel surya yang baru dipasang sudah bisa digunakan dan difokuskan untuk kebutuhan ruang operasi dan ICU.

Edy mengatakan, RS Indonesia terdampak pasokan bahan bakar yang sangat terbatas. Kapasitas bahan bakar yang dikirimkan dari selatan ke utara, yang tadinya satu unit tanki solar untuk satu atau dua rumah sakit, saat ini terpaksa dibagi ke banyak rumah sakit karena dibatasi oleh Israel.

“Akibatnya, operasional RS Indonesia mengalami banyak kendala. Banyak lampu yang harus dipadamkan dan hanya menggunakan lampu-lampu yang memang sangat emergency,” ujarnya.

Panel surya tahap pertama yang sudah terpasang, semuanya masih berasal dari dalam Gaza. Hal ini dikarenakan pemesanan dari luar Gaza masih terkendala izin. Langkanya barang serupa di dalam Gaza membuat harga menjadi cukup mahal.

Namun mempertimbangkan kebutuhan listrik yang mendesak di RS Indonesia dan adanya dukungan donasi dari rakyat Indonesia, membuat program ini dapat terwujud meski bertahap.