Joe Biden dan Harapan Palestina

Terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS menjadi secercah harapan bagi Palestina. Harapan yang pernah redup akibat kebijakan Trump yang secara vulgar memihak Israel. Keberpihakan Presiden-Presiden AS sebelumnya masih “malu-malu”, tetapi keberpihakan Trump kepada negara zionis ini begitu membabi buta. Jelas ini membuat Palestina berang dan menganggap perundingan yang selama ini dilakukan menjadi sia-sia. Merasa tidak dianggap oleh AS maka secara sepihak Palestina menarik diri untuk berunding dengan Israel karena kepercayaan yang tersisa kepada AS telah lenyap.



Trump membuat lubang kekecewaan yang begitu menganga. Pemindahan Kedubes AS ke Jerussalem menjadi titik nadir kemarahan Palestina dan umat Islam. Jared Kushner, menantu Trump sekaligus konseptor dan negosiator untuk memuluskan proposal besar Trump dengan “halus” menawarkan proposal ini kepada negara-negara Arab yang memiliki pengaruh politik kuat di Timur Tengah. Strategi merangkul negara-negara Arab bertujuan untuk menekan dan memaksa Palestina agar suka atau tidak mesti menerima proposal sesat tersebut.

Begitu besar tekanan yang dialami oleh Palestina selama Trump menjadi presiden. Belum lagi rencana aneksasi Israel terhadap Tepi Barat dan Lembah Yordan yang sudah lama menjadi incaran Israel karena tanahnya yang subur. Ditambah persoalan negara-negara Arab yang begitu rumit. Lantas isu Palestina menjadi tidak menarik dan dianggap hanyalah persoalan internal Palestina vs Israel.

Namun sebaliknya, kekuatan internal menjadi solid pada titik nadir kekecewaan dan lenyapnya harapan solusi dua negara. Tak disangka, kekuatan perlawanan yang dominan di Palestina, dalam hal ini Hamas dan Fatah, kembali merajut persatuan nasional yang selama ini selalu ada kendala untuk mewujudkannya.

Menurut saya, persatuan Hamas dan Fatah menjadi hadiah besar bagi perjuangan ke depan. Beberapa kali Persatuan Nasional digelar, tetapi ujungnya justru terjadi perpecahan. Sulit mengajak dua pihak tersebut untuk duduk dan berdiskusi dalam menempuh jalan menuju kemerdekaan. Ketika kami diundang oleh Kedubes Palestina, selalu kami sampaikan tentang Persatuan Nasional yang dapat menjadi senjata dan kekuatan perlawanan oleh Palestina terhadap penjajahan Israel. Dengan adanya Persatuan Nasional, jalan menuju kemerdekaan akan jauh lebih mudah. Segala kendala dapat dipikul bersama.


Joe Biden Harapan Baru

Banyak analis politik yang agak skeptic terhadap Joe Biden. Berbagai argumen dibedah. Bagaimanapun, Joe Biden adalah sahabat lama Israel berdasarkan pengakuan Benyamin Netanyahu. Selain itu, selama menjadi Wapres Obama, mereka digadang-gadang menjadi harapan bagi Palestina. Namun, dalam perjalannnya mereka juga tidak mampu berbuat banyak untuk solusi dua negara.

Akan tetapi, mungkin kali ini kita bisa berharap akan ada cerita baru bagi Palestina. Bagaimanapun, Joe Biden terpilih sebagai Presiden AS karena didukung oleh mayoritas umat Islam AS. Kita akan lihat apakah dia akan memindahkan Kedubes AS kembali ke Tel Aviv atau tidak. Memang saat kampanye, dia mengatakan bahwa Kedubes AS tidak akan dipindahkan ke Tel Aviv. Namun, bisa jadi ini hanya trik untuk menenangkan Israel.

Jika Biden mengembalikan Kedubes AS ke Tel Aviv, ini merupakan isyarat kuat AS untuk menjadi perunding yang serius dalam mendorong perdamaian di Timur Tengah. Tetapi sebaliknya, jika Biden tetap membiarkan Kedubes AS di Jerussalem, jelas kebijakannya ke depan tidak jauh berbeda seperti saat dia menjadi Wapres Obama.

Memang dalam Pemilu AS kali ini, Israel habis-habisan mem-back up Trump karena dianggap berjasa mendukung semua permintaan Israel dan tutup mata atas segala risiko yang mesti diterima AS. Solusi dua negara dianggap tidak ada oleh Trump. Jadi, wajar sekarang harapan tertuju pada Biden. Kita semua berharap agar Biden bisa mengembalikan marwah dan kepercayaan Palestina terhadap AS yang selama ini lenyap. Semoga ....
    

Hati-hati Trik Licik Israel

Ada hal yang dikhawatirkan Israel ketika kelompok perlawanan, seperti Fatah, Hamas, Jihad Islam, dan kelompok perlawanan lain menyatukan langkah dalam menghadapi tekanan Israel. Tak dipungkiri, figur Trump yang sangat memihak Israel menimbulkan kesadaran kolektif dari faksi perlawanan untuk saling bergandengan tangan dalam menghadapi tekanan dari pihak AS dan Israel.

Memang selama ini sulit mengikat faksi-faksi perlawanan  tersebut dalam wadah persatuan. Telah berkali-kali diadakan perdamaian, tetapi dalam waktu relatif singkat, ikatan perdamaian itu putus dan saling bertentangan lagi. Seruan Persatuan Nasional yang kerap diserukan oleh negara-negara yang bersimpati pada perjuangan Palestina, termasuk juga Indonesia, menjadi mantra rutin. Tokoh-tokoh muslim dunia juga tak kalah gencarnya menyerukan soliditas antarfaksi di Palestina. Namun, cara pandang kelompok-kelompok perlawanan tersebut berbeda dalam mencapai kemerdekaan, ditambah ideologi islamis-nasionalis, nasionalis-sekuler,bahkan juga sosialis-nasionalis.

Warna-warni ideologi menjadi sandungan yang tidak ringan dalam menyusun barisan menghadapi tekanan Israel. Sekali lagi kami sampaikan bahwa solusinya adalah Persatuan Nasional yang permanen karena kami meyakini dengan persatuan yang kokoh tak ada rintangan yang tak bisa diatasi.


Beberapa hal yang menurut kami mesti diperhatikan untuk mengantisipasi langkah Biden ke depan.

1.    Kampanye Biden lebih-kurang sama dengan Obama: tetap pro-Israel, tetapi masih menimbang perasaan Palestina. Ujung proses perdamaian akan dimulai lagi dengan catatan Palestina harus memutuskan hubungan politik dengan Hamas. Pasti ini syarat yang akan diminta Israel. Andai Palestina mengikuti, akan masuk skenario selanjutnya, yaitu mempermainkan perdamian dengan mencari kesalahan Palestina yang ujung-ujungnya tidak ada hasil.


2.    Ekspektasi harus terukur dan tidak menggantung berlebihan pada Biden. Walau bagaimanapun, Biden adalah sahabat Israel. Kepentingan Israel tetap menjadi prioritas kebijakan politik luar negeri AS.


3.    Melakukan rekonsiliasi nasional di Palestina dengan mengadakan pemilu. Kepada semua pihak, diharapkan dapat menerima hasil pemilu karena pemilu adalah pilihan demokrasi untuk rujuk nasional.



dr. Sarbini Abdul Murad
Ketua Presidium MER-C

 

Ditampilkan di : https://www.republika.id/posts/11866/biden-dan-harapan-palestina

Versi Cetak di : Harian Republika, Edisi Senin 23 November 2020